Dalam kerinduan
Di suatu senja yang hangat
Tentang sebuah makna
Aku berdiri menemanimu
Menanti sebuah ajakan
Tapi bukan mimpi
Melainkan realitas yang nyata
Aku berdiri sebagai temanmu
Sebagai telinga yang tetap kering
Sebagai mulut yang selalu berkicau
Aku ingin menemanimu lagi
Dengan malam
Dingin dan hanya ocehan kita
Aku ingin menjadi temanmu yang hebat
Tapi bukan layaknya kemarin
Karena aku telah berlalu
Dan hal yang kau doktrinkan untukku
Telah kukubur di belakang kamarku
Sebuah nama untukmu
Menjadi sesuatu yang berharga kini
'Fajar'
Aku tidak pernah lagi mendapatkan
Suara-suara sehebat kita
Sebebas kita
Sebejat kita
(Sebuah sajak untuk sahabatku, 'Fajar' di waktu dulu)
Kamis, 28 April 2011
Selasa, 05 April 2011
Puisi untuk Istriku
Malam ini
Kuputuskan
Untuk membuat sebuah puisi cantik untukmu
Puisi yang akan selalu kau ingat sepanjang hidupmu
Untukmu; istriku
Semua kata sudah kukumpulkan
Kupelajari satu persatu
Kutaruh agar menyatu
Menjadi rangkaian yang puitis
Biar engkau kagum pada kemampuanku
Satu menit tidak terasa
Satu jam mulai biasa
Lalu beberapa jam kemudian aku pun sudah terlena
Tapi, malam sudah mulai tenggelam
Dan sinar fajar mulai datang
Aku masih tak mampu nyatakan itu
Aku malu; istriku
Malu setengah mati
Puisiku ternyata tak berisi
Puisiku hanya gombalan semata
Gombalan seperti ribuan puisi yang kubuatkan untukmu
Kemarin-kemarin itu
Aku pun jadi sedih
Mataku mulai berkaca-kaca
Karena untuk kesekian kali
Aku gagal menulis puisi cantik untukmu
Meski sekedar satu puisi pun
Aku lalu diam
Dan kulihat engkau; istriku
Kamu masih saja tidur
Dengan nyenyak
Dan aku
Lalu mendekatimu
Lalu memelukmu sepenuh hati
Mencium keningmu dengan penuh cinta
Tapi kau masih tak sadar akan hal itu
Kau masih tidur dan membaur dengan mimpimu
Dan dengan sangat pelan sekali
Kukatakan bahwa aku akan menjagamu
Selamanya; istriku
Kuputuskan
Untuk membuat sebuah puisi cantik untukmu
Puisi yang akan selalu kau ingat sepanjang hidupmu
Untukmu; istriku
Semua kata sudah kukumpulkan
Kupelajari satu persatu
Kutaruh agar menyatu
Menjadi rangkaian yang puitis
Biar engkau kagum pada kemampuanku
Satu menit tidak terasa
Satu jam mulai biasa
Lalu beberapa jam kemudian aku pun sudah terlena
Tapi, malam sudah mulai tenggelam
Dan sinar fajar mulai datang
Aku masih tak mampu nyatakan itu
Aku malu; istriku
Malu setengah mati
Puisiku ternyata tak berisi
Puisiku hanya gombalan semata
Gombalan seperti ribuan puisi yang kubuatkan untukmu
Kemarin-kemarin itu
Aku pun jadi sedih
Mataku mulai berkaca-kaca
Karena untuk kesekian kali
Aku gagal menulis puisi cantik untukmu
Meski sekedar satu puisi pun
Aku lalu diam
Dan kulihat engkau; istriku
Kamu masih saja tidur
Dengan nyenyak
Dan aku
Lalu mendekatimu
Lalu memelukmu sepenuh hati
Mencium keningmu dengan penuh cinta
Tapi kau masih tak sadar akan hal itu
Kau masih tidur dan membaur dengan mimpimu
Dan dengan sangat pelan sekali
Kukatakan bahwa aku akan menjagamu
Selamanya; istriku
Universal
Terang
Benderang
Menerawang
Senang
Terbang
Melayang
Ang
Pokoknya ang
Sedih
Pedih
Perih
Semua berakhiran ih
Dan aku tidak membencinya
Karena ih bagian dari hidup
Sajak ini sajak sepele
Tanpa makna ambigu
Dan diksi yang asyik
Aku hanya berusaha menjadi biasa
Tanpa melanggar hukum
Tanpa intimidasi terhadap kaum mayoritas
Karena karya adalah universal
Dan universal berarti terikat dalam sesuatu yang tidak bisa mengikat
Benderang
Menerawang
Senang
Terbang
Melayang
Ang
Pokoknya ang
Sedih
Pedih
Perih
Semua berakhiran ih
Dan aku tidak membencinya
Karena ih bagian dari hidup
Sajak ini sajak sepele
Tanpa makna ambigu
Dan diksi yang asyik
Aku hanya berusaha menjadi biasa
Tanpa melanggar hukum
Tanpa intimidasi terhadap kaum mayoritas
Karena karya adalah universal
Dan universal berarti terikat dalam sesuatu yang tidak bisa mengikat
Langganan:
Postingan (Atom)